BIOGRAFI
K.H. NUR HASYIM
K.H. Nur hasyim lahir di Tuban, tepatnya di Desa Mojoagung Kecamatan Soko
Kabupaten Tuban. Pada tanggal 24 April 1924 M / 20 Ramadhan 1342 H. beliau
wafat pada hari selasa pon 28 sya’ban 1414 H. bertepatan pada tanggal 8
pebruari tahun 1994 M.
K.H. Nur Hasyim adalah seorang orator, tegas, keras, teguh pada
prinsip, pemberani tanpa ada rasa takut, disiplin, berdedikasi tinggi,
berkarakter seperti singa. Namun beliau juga sangat lembut, sederhana, karismatik,
suka bercanda hingga sangat dekat dengan santri – santrinya dan kaum dhuafa’. Beliau
sangat disegani kaum atas (pejabat), kuat menjaga persahabatan baik kawan
maupun lawan politiknya, dan andab ashor terhadap kaum lemah. Beliau amat
dekat dengan ulama’ – ulama’ besar diantaranya : K.H. Hamid Pasuruan, K.H. Agus
Ali Mashuri Sidoarjo, K.H. Maemun Zubair Sarang, K.H. Abdullah Faqih Langitan,
K.H. Idris Marzuki dan Gus Maksum dari Lirboyo, K.H. Murtaji dari Tuban.
Beliau adalah seorang ulama’ yang
berpengaruh di kabupaten Tuban, Beliau menyebarkan agama islam di kecamatan
soko, dan merupakan perintis Majelis Wakil
Cabang (MWC) NU kecamatan Soko.
Ayah K.H. Nur Hasyim adalah Muhammad Rowi, asli warga Desa Mojoagung kecamatan Soko.
Ibundanya bernama Sti Habibah berasal dari Lamongan yang
mempunyai garis keturunan ( nasab) Pangeran Hadi Wijaya (Sultan Pajang/Djoko
tingkir) sislsilah terlampir.
Di masa kecil, beliau menempuh pendidikan
di SD Tanggungan,pandanwangi kecamatan Soko, sampai dikelas IV beliau
melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Beron Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban selama 5 tahun.
Kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren Abu Dzarin ngumpakdalem Bojonegoro.
Bakat – bakat kepemimpinan dan dakwah serta
perjuanganya telah nampak di Pondok Pesantren Abu Dzarin Bojonegoro. beliau
membiayai pendidikan di pondok dengan hasil kerja kerasnya sendiri, dengan
berbekal mesin jahit beliau bekerja sambil menuntut ilmu.
Pada tahun 1949 dengan berbekal rumah dari Desa Mojoagung beliau
membangun sebuah Mushola di Kecamatan Soko, tepatnya di RT 01 RW 01 Desa
Sokosari Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Selama satu tahun beliau mengajar di
mushola setempat, lambat laun santri semakin banyak. Kemudian pada tahun 1951
beliau mendirikan lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islam Soko,
dan pada tahun yang sama beliau menikah dengan Siti Muti’ah dari sawahan
Rengel. Dari pernikahan ini dikaruniai delapan putra yaitu Umi Nasikhah, Luluk
Muftiah, Anisa’I Khoiriyah, M. Ali Mufti, Hadi Masruri, Rofik Kholiliyah,
Asadullah Khoiri, dan Khoirul Muttaqin.
Dengan ketekunan dan kegigihan beliau dalam mengajar, lambat laun
santri – santri beliau semakin bertambah. Selain beliau mengajar dengan sistem
klasik (sorogan), beliau juga mendirikan pendidikan formal; MTs Tarbiyatul Islam Soko
pada tahun 1957 dan lembaga MA Tarbiyatul Islam pada tahun 1979. Semua lembaga
itu dibawah naungan LP Ma’arif. Beliau
juga yang membidani berdirinya madrasah – madrasah MI, MTs se-kecamatan soko, sekaligus mengajukan guru – guru
madrasah untuk menjadi pegawai Negeri di lingkungan Departemen Agama. Kemudian
pada tahun 1990 mendirikan Yayasan independen yang berakta notaris Sugianto, S.H
No.01 yang bernama Yayasan Pendidikan Islam Tarbiyatul Islam Nurul Huda
(YASPINU). Yang berdiri sampai sekarang dan telah di update pada tanggal 8
April 2014 dengan akte notaris Suhariyanto, SH. No.7 dengan nama Yayasan Pondok
Pesantren Tarbiyatul Islam Nurul Huda (YASPINU).
K.H. Nur Hasyim selama hidupnya digunakan untuk kegiatan pendidikan
dan dakwah. Selain mendirikan pendidikan formal dan pondok pesantren, beliau
juga mendirikan majelis ta’lim ahad kliwon, yang diperuntukkan untuk pembinaan Kyai
– Kyai, tokoh – tokoh di kecamatan Soko untuk memperdalam agama dan tasawuf.
Diantaranya mengajarkan kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rosyid dan Ihya’ ulumuDdin karya Imam Al-Ghozali.
Jama’ah Ahad kliwon ini masih eksis sampai sekarang yang dibina oleh putra ke
empat dari K.H. Nur Hasyim yaitu K. Ali
Mufti.
K.H. Nur Hasyim mempunyai santri yang sangat banyak. Selain di
lembaga formal beliau juga mendirikan gota’an untuk menginap para santri dan mengajar sehabis isya’ dengan sistem
sorogan, yang santri - santrinya tersebar di seluruh kecamatan Soko dan bahkan
dari Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan.
Hampir setiap malam beliau selalu memenuhi undangan pengajian kedaerah – daerah
Tuban, Bojonegoro dan Lamongan. Saat itu beliau tekun ke ranting – ranting NU di seluruh desa kecamatan Soko. Dan pada tahun 1977 beliau terpilih sebagai
anggota DPR dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), segenap jiwa raga
digunakan berjuang untuk pembinaan umat dan di lembaga pendidikan. Selain itu
beliau juga aktif dalam perekonomian, beliau mendirikan Badan Koperasi dan
berdagang furniture, jamu, alat tulis kantor dengan membuka pertokoan di pasar desa Sokosari. Semua hasil jerih payah perekonomian dan hasil dari dewan di curahkan untuk memajukan lembaga
pendidikan dan dakwah.
Dalam pandangan hidupnya, bekerja untuk kemaslahatan umat jauh
lebih penting dari urusan pribadi. Beliau berpedoman pada sabda Nabi Muhamad SAW
خيرالناس انفعهم للنّاس “ sebaik – baik manusia adalah lebih memberikan manfaat pada manusia lainya”.dalam
pandangan beliau tasawuf adalah mengamalkan dengan sungguh – sungguh nilai dari
ajaran islam yang butuh keseimbangan antara iman, islam dan ihsan. Beliau
sangat terinspirasi dengan Tri Murti pendiri Pondok modern Gontor, karna itu beliau
menggandeng juga K.
Rozi (Alm) sebagai kader ulama’ di bidang fiqih untuk menegakkan syari’at
sholat 5 waktu. beliau yang aktif dalam pendidikan dan politik. dan
K. Karnadi sebagai pegawai di bidang pemerintahan.
Hal yang paling berkesan pada diri K.H. Nur Hasyim adalah ketika beliau
mendirikan Pondok Pesantren, beliau membiayai seluruh operasional sendiri,
mulai dari Beasiswa pendidikan siswa/santri, Guru diberi HR, Tunjangan juga
diberi makan serta tempat tidur. Selain itu beliau juga memfasilitasi
pernikahan para guru yang bisa diharapkan untuk menetap dan mengajar
di lembaga YASPINU.
Hal yang istimewa dari K.H. Nur Hasyim,
beliau kenal dengan seluruh santri dan siswa – siswanya beserta wali
santri/muridnya. Karna beliau selalu perhatian dan mendatangi (silaturrahim) ke
rumah semua santri dan walinya. Sehingga para santri/murid beliau merasa selalu
di nomor satukan ngesto’ake
Peran K.H. Nur Hasyim sangat menonjol
setelah kejadian G.30 S PKI 1965. Pada waktu itu beliau aktif dalam organisasi
politik, beliau sebagai ketua umum MWC kecamatan Soko, dan orasi – orasi
politik beliau sangat digemari dan selalu dinantikan masyarakat kabupaten Tuban
bahkan di daerah Bojonegoro dan Lamongan.
Pada Tahun 1968 ketika terjadi
pemberontakan PKI malam di Kabupaten Tuban, salah satu yang menjadi target
utama pembunuhan adalah K.H. Nur Hasyim. Untuk mensiasati hal tersebut beliau hidup
secara Nomaden ( dari rumah santri satu ke rumah santri lain ).
Karya – karya beliau yang pernah terbit dan di cetak massal
diantaranya adalah :
- Pedoman Tashrifan (Ilmu Sharaf)
- Syarah Ta’lim al-Muta’allim
- Hidayatus Shibyan
Pesan terakhir yang diucapkan beliau ketika
beliau di rumah sakit RSUD dr Koesmo Tuban, beliau membacakan salah satu ayat
Al-qur’an Q.s. An –Najm : 39
وان
ليس للا نسان الا ماسعى “ Dan bahwa Manusia hanya
memperoleh apa yang telah di usahakanya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar