Jumat, 30 Mei 2014

BIGRAFI KH. NUR HASYIM (Terbitan Haul Ke XXI)



BIOGRAFI
K.H. NUR HASYIM

K.H. Nur hasyim lahir di Tuban,  tepatnya di Desa Mojoagung Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Pada tanggal 24 April 1924 M / 20 Ramadhan 1342 H. beliau wafat pada hari selasa pon 28 sya’ban 1414 H. bertepatan pada tanggal 8 pebruari tahun 1994 M.
K.H. Nur Hasyim adalah seorang orator, tegas, keras, teguh pada prinsip, pemberani tanpa ada rasa takut, disiplin, berdedikasi tinggi, berkarakter seperti singa. Namun beliau  juga sangat lembut, sederhana, karismatik, suka bercanda hingga sangat dekat dengan santri – santrinya dan kaum dhuafa’. Beliau sangat disegani kaum atas (pejabat), kuat menjaga persahabatan baik kawan maupun lawan politiknya, dan andab ashor terhadap kaum lemah. Beliau amat dekat dengan ulama’ – ulama’ besar diantaranya : K.H. Hamid Pasuruan, K.H. Agus Ali Mashuri Sidoarjo, K.H. Maemun Zubair Sarang, K.H. Abdullah Faqih Langitan, K.H. Idris Marzuki dan Gus Maksum dari Lirboyo, K.H. Murtaji dari Tuban.
Beliau adalah seorang ulama’ yang berpengaruh di kabupaten Tuban, Beliau menyebarkan agama islam di kecamatan soko, dan merupakan perintis Majelis Wakil Cabang (MWC) NU kecamatan Soko.
Ayah K.H. Nur Hasyim adalah Muhammad Rowi, asli warga Desa Mojoagung kecamatan Soko. Ibundanya bernama Sti Habibah berasal dari Lamongan yang mempunyai garis keturunan ( nasab) Pangeran Hadi Wijaya (Sultan Pajang/Djoko tingkir) sislsilah terlampir.
Di masa kecil, beliau menempuh pendidikan di SD Tanggungan,pandanwangi kecamatan Soko, sampai dikelas IV beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Beron Kecamatan  Rengel Kabupaten Tuban selama 5 tahun. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren Abu Dzarin ngumpakdalem Bojonegoro.
Bakat – bakat kepemimpinan dan dakwah serta perjuanganya telah nampak di Pondok Pesantren Abu Dzarin Bojonegoro. beliau membiayai pendidikan di pondok dengan hasil kerja kerasnya sendiri, dengan berbekal mesin jahit beliau bekerja sambil menuntut ilmu.
Pada tahun 1949 dengan berbekal rumah dari Desa Mojoagung beliau membangun sebuah Mushola di Kecamatan Soko, tepatnya di RT 01 RW 01 Desa Sokosari Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Selama satu tahun beliau mengajar di mushola setempat, lambat laun santri semakin banyak. Kemudian pada tahun 1951 beliau mendirikan lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islam Soko, dan pada tahun yang sama beliau menikah dengan Siti Muti’ah dari sawahan Rengel. Dari pernikahan ini dikaruniai delapan putra yaitu Umi Nasikhah, Luluk Muftiah, Anisa’I Khoiriyah, M. Ali Mufti, Hadi Masruri, Rofik Kholiliyah, Asadullah Khoiri, dan Khoirul Muttaqin.
Dengan ketekunan dan kegigihan beliau dalam mengajar, lambat laun santri – santri beliau semakin bertambah. Selain beliau mengajar dengan sistem klasik (sorogan), beliau juga mendirikan pendidikan formal; MTs Tarbiyatul Islam Soko pada tahun 1957 dan lembaga MA Tarbiyatul Islam pada tahun 1979. Semua lembaga itu dibawah naungan LP Ma’arif.  Beliau juga yang membidani berdirinya madrasah – madrasah MI, MTs se-kecamatan  soko, sekaligus mengajukan guru – guru madrasah untuk menjadi pegawai Negeri di lingkungan Departemen Agama. Kemudian pada tahun 1990 mendirikan Yayasan independen yang berakta notaris Sugianto, S.H No.01 yang bernama Yayasan Pendidikan Islam Tarbiyatul Islam Nurul Huda (YASPINU). Yang berdiri sampai sekarang dan telah di update pada tanggal 8 April 2014 dengan akte notaris Suhariyanto, SH. No.7 dengan nama Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Nurul Huda (YASPINU).
K.H. Nur Hasyim selama hidupnya digunakan untuk kegiatan pendidikan dan dakwah. Selain mendirikan pendidikan formal dan pondok pesantren, beliau juga mendirikan majelis ta’lim ahad kliwon, yang diperuntukkan untuk pembinaan Kyai – Kyai, tokoh – tokoh di kecamatan Soko untuk memperdalam agama dan tasawuf. Diantaranya mengajarkan kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rosyid dan  Ihya’ ulumuDdin karya Imam Al-Ghozali. Jama’ah Ahad kliwon ini masih eksis sampai sekarang yang dibina oleh putra ke empat dari K.H.  Nur Hasyim yaitu K. Ali Mufti.
K.H. Nur Hasyim mempunyai santri yang sangat banyak. Selain di lembaga formal beliau juga mendirikan gota’an untuk menginap para santri dan mengajar sehabis isya’ dengan sistem sorogan, yang santri - santrinya tersebar di seluruh kecamatan Soko dan bahkan dari Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan. Hampir setiap malam beliau selalu memenuhi undangan pengajian kedaerah – daerah Tuban, Bojonegoro dan Lamongan. Saat itu beliau tekun ke ranting – ranting NU di seluruh desa kecamatan Soko. Dan pada tahun 1977 beliau terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), segenap jiwa raga digunakan berjuang untuk pembinaan umat dan di lembaga pendidikan. Selain itu beliau juga aktif dalam perekonomian, beliau mendirikan Badan Koperasi dan berdagang furniture, jamu, alat tulis kantor dengan membuka pertokoan di pasar desa Sokosari. Semua hasil jerih payah perekonomian dan hasil dari dewan  di curahkan untuk memajukan lembaga pendidikan dan dakwah.
Dalam pandangan hidupnya, bekerja untuk kemaslahatan umat jauh lebih penting dari urusan pribadi. Beliau berpedoman pada sabda Nabi Muhamad SAW خيرالناس انفعهم للنّاس   sebaik – baik manusia  adalah lebih memberikan manfaat pada  manusia lainya”.dalam pandangan beliau tasawuf adalah mengamalkan dengan sungguh – sungguh nilai dari ajaran islam yang butuh keseimbangan antara iman, islam dan ihsan. Beliau sangat terinspirasi dengan Tri Murti pendiri Pondok modern Gontor,  karna  itu  beliau  menggandeng  juga  K. Rozi (Alm) sebagai kader ulama’ di bidang fiqih untuk menegakkan syari’at sholat 5 waktu.  beliau  yang aktif dalam pendidikan dan politik. dan K. Karnadi sebagai pegawai di bidang pemerintahan.
Hal yang paling berkesan pada diri K.H. Nur Hasyim adalah ketika beliau mendirikan Pondok Pesantren, beliau membiayai seluruh operasional sendiri, mulai dari Beasiswa pendidikan siswa/santri, Guru diberi HR, Tunjangan juga diberi makan serta tempat tidur. Selain itu beliau juga memfasilitasi pernikahan para guru yang bisa diharapkan untuk menetap dan mengajar di lembaga YASPINU.
Hal yang istimewa dari K.H. Nur Hasyim, beliau kenal dengan seluruh santri dan siswa – siswanya beserta wali santri/muridnya. Karna beliau selalu perhatian dan mendatangi (silaturrahim) ke rumah semua santri dan walinya. Sehingga para santri/murid beliau merasa selalu di nomor satukan ngesto’ake
Peran K.H. Nur Hasyim sangat menonjol setelah kejadian G.30 S PKI 1965. Pada waktu itu beliau aktif dalam organisasi politik, beliau sebagai ketua umum MWC kecamatan Soko, dan orasi – orasi politik beliau sangat digemari dan selalu dinantikan masyarakat kabupaten Tuban bahkan di daerah Bojonegoro dan Lamongan. 
Pada Tahun 1968 ketika terjadi pemberontakan PKI malam di Kabupaten Tuban, salah satu yang menjadi target utama pembunuhan adalah K.H. Nur Hasyim. Untuk mensiasati hal tersebut beliau hidup secara Nomaden ( dari rumah santri satu ke rumah santri lain ).
Karya – karya beliau yang pernah terbit dan di cetak massal diantaranya adalah :
  1. Pedoman Tashrifan (Ilmu Sharaf)
  2. Syarah Ta’lim al-Muta’allim
  3. Hidayatus Shibyan
Pesan terakhir yang diucapkan beliau ketika beliau di rumah sakit RSUD dr Koesmo Tuban, beliau membacakan salah satu ayat Al-qur’an Q.s. An –Najm : 39 
وان ليس للا نسان الا ماسعى Dan bahwa Manusia hanya memperoleh apa yang telah di usahakanya”

Rabu, 26 Desember 2012

GITA MATSA BAHANA MARCHING BAND

Gita Matsa Bahana  Marching Band merupakan Ekstra Kurikuler yang paling diminati oleh siswa-siswi MA Tarbiyatul Islam dari pada ekstra yang lain. Dengan personil yang berjumlah kurang lebih sebanyak 60 anak.